BUNJOGJA.COM, YOGYA - 10 Pacar Cowok Ini Pernah Diajak Aborsi. Lokasi eksekusi aborsi
nampaknya selalu tersembunyi. Namun, berdasarkan keterangan beberapa
saksi yang dihimpun Tribun Jogja, tak jarang tempat-tempat aborsi itu
berada di tengah masyarakat, misal perkampungan atau pelosok desa.
Hanya beberapa yang akhirnya memilih layanan aborsi di tempat-tempat
elegant, semisal kepada dokter di kota besar seperti di Jakarta.
Alasannya, pelaku praktik aborsi tersebut lebih dapat dipercaya secara
medis dibanding bidan atau juru obat di desa.
Pilihan aborsi kepada seorang dokter di Jakarta ini pernah dialami
Bayu, pegawai swasta asli Yogyakarta. Ditemui Tribun kemarin, dia
mengaku 10 perempuan yang dipacarinya semasa sebelum menikah, sekitar 15
tahun lalu, pernah melakukan aborsi.
Dia juga orang yang mendampingi perempuan-perempuan itu saat
dieksekusi. "Pengalaman pertama aborsi dengan pacar saya yang sekarang
ini justru menjadi istri saya," katanya.
Baik pengalaman aborsi terhadap istrinya maupun dengan sembilan
perempuan lainnya, menurutnya dilakukan di Jakarta. Eksekutornya adalah
seorang dokter. Disebutkan, biaya aborsi di Jakarta saat itu mencapai Rp
3 juta. Namun karena terbiasa dan cukup kenal dengan dokter tersebut,
dia mengaku mendapat potongan harga sehingga cukup membayar Rp 1,5 juta.
Selain karena sudah kenal sehingga mendapat keringanan biaya,
pilihannya ke Jakarta untuk mengaborsi para pacarnya itu dipastikan
tidak diketahui banyak orang. Hal ini berbeda dari praktik para bidan
atau juru obat di kota kecil atau pelosok desa.
Seorang perawat di Yogyakarta yang mengaku pernah sekantor dengan
bidan pelaku praktik aborsi, menyebutkan, di Yogyakarta antara lain di
daerah Prambanan dan kawasan UNY.
Pelaku praktik ini adalah seorang bidan. Ketika pagi bidan tersebut
berperan sebagai tenaga medis biasa yang 'ngantor' di klinik, selepas
kerja dinas dia menerima jasa layanan aborsi di rumahnya.
"Ya di antara perkampungan warga. Orang-orang sekitar tidak tahu
karena dia hanya terbuka dengan yang berkepentingan, misal perantaranya
yang membawa klien baru," tutur perempuan berambut panjang itu.
Dia mencontohkan, ketika masyarakat umum atau orang yang tidak
dikenal oleh bidan itu bertanya, dipastikan bidan atau pelaku praktik
aborsi tidak akan mengaku. Padahal, di rumah tersebut tersedia peralatan
medis untuk aborsi
Sumber: Tribun Jogja, tribunnews.com